Kita mengekspresi manusia tidak hanya lewat bahasa
verbalnya, namun juga perilaku nonverbalnya. Lewat perilaku nonverbalnya kita
dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah dia sedang bahagia,
bingung atau sedih.
Secara sederhana pesan nonverbal adalah semua
isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richart E. Porter, komunikasi nonverbal mencangkup semua rangsangan
(kecuali rasangan verbal) dalam suatu setting
komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh
individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima;
jadi definisi ini mencangkup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja
sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita banyak
mengirim pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna
bagi orang lain.
Fungsi Komunikasi
Nonverbal
Menurut
Paul Ekman, ada lima pesan fungsi
nonverbal:
1. Emblem.
Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.
2. Ilustrator.
Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
3. Regulator.
Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka berarti
ketidak sediaan berkomunikasi.
4. Penyesuai.
Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan.
5. Affect Display.
Pembesaran manik mata (pupil dilation)
menunjukan peningkatan emosi.
Klasifikasi Pesan
Nonverbal
Jurgen
Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian. Pertama, bahasa tanda (sigh language). Kedua, bahasa tindakan (action
language). Ketiga, bahasa objek (object language)
Secara garis besar, Larry A. Samovar dan
Richard E. Porter membagi
pesan-pesan nonverbal menjadi dua kategori besar, yakni: pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan
dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan dan
parabahasa: kedua ruang, waktu dan
diam.
Bahasa Tubuh
Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah
kinesika (kinesics).
1.
Isyarat
Tangan
Isyarat
tangan atau berbicara dengan tangan termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari, yang punya
makna dalam suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan
sama, boleh jadi maknanya berbeda. Atau, isyarat fiksinya berbeda, namun
maksudnya sama
2.
Gerakan
Kepala
Isyarat
gerakan kepala dibeberapa Negara berbeda-beda.
3.
Postur
Tubuh dan Gerakan Kaki
Postur
tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memamng mempengaruhi citra diri.
Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William
Sheldon misalnya menunjukan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen.
Penghargaan
pada bentuk tubuh yang “baik” terutama lebih menonjol di kalangan wanita.
Cara
duduk dan berdiri juga ini sering dimaknai secara berbeda di tiap negara
4.
Ekspresi
Wajah dan Tatapan Mata
Masuk
akal bila banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling banyak
“berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata, meskipun mulut
tidak berkata-kata
Kontak
mata punya dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur.
Untuk member tahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang
itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain
bagaimana perasaan anda terhadapnya.
Sentuhan
Studi tentang sentuh-menyentuh disebut
haptika (haptics). Banyak riset
menunjukan bahwa orang berstatus lebih tinggi lebih sering menyentuh orang
berstatus lebih rendah daripada yang sebaliknya.
Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu
rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal.
1. Fungsional-Profesional.
Di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis, misalnya pelayan
toko membantu pelanggan memilih pakaian.
2. Social-sopan.
Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan
praktik social yang berlaku, misalnya berjabatan tangan.
3. Persahabatan-kehangatan.
Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang
akrab.
4. Cinta-keintiman.
Kategori ini mrnunjuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional atau
ketertarikan
5. Rangsangan seksual.
Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motifnya
bersifat seksual.
Penampilan Fisik
Perhatian pada penampilan fisik nampaknya
universal.
1.
Busana
Nilai-nilai
agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan,
dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan.
2.
Karakteristik
Fisik
Setiap
orang memilikii karakteristik berbeda-beda. Terkadang banyak dari mereka
mempermasalahkan penampilan orang lain. Mengapa berpenampilan seperti itu,
untuk apa mereka berpenampilan seperti itu dan lain sebagainya.
Bau-Bauan
Bau-bauan yang menyenangkan (wewangian)
telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip juga
dengan cara yang dilakukan hewan. Konon menurut para ahli, tiap orang memiliki
bau yang khas, berkat zat khas yang keluar dari tubuhnya, meskipun ia tidak
memakai wangi-wangi apapun. Hanya saja diperlukan kepekaan untuk mengetahui bau
khas seseorang.
Orientasi Ruang dan
Jarak Pribadi
William
Griffith dan Russell Veitch
mengemukakan bahwa ketertarikan kita pada seseorang juga dipengaruhi oleh
temperature dan kepadatan penduduk. Pencahayaan juga dapat mendorong atau
menyurutkan seseorang untuk berkomunikasi.
a.
Ruang
pribadi vs ruang publik
Setiap
orang baik sadar atau tidak memiliki ruang pribadi. Yang bila dilanggar akan
membuatnya merasa tidak nyaman. Ruang pribadi kita identik engan “wilayah
tubuh”
b.
Posisi
duduk dan pengaturan ruangan
Winston Churchill pernah mengatakan,
“kita membentuk bangunan kita, dan setelah itu bangunan kita membentuk kita.”.
secara umum dapat dikatakan semakin formal penataan ruangan, semakin formal
pulalah komunikasi yang dikehendaki.
Konsep Waktu
Waktu memnentukan hubungan antar manusia.
Pola hidup mmanusia dalam waktu dipengaruhi oleh budayanya. Waktu berhubungan
erat dengan perasaan hati dan perasaan manusia. Kronemika adalah studi dan
interprestasi atas waktu sebagai pesan.
Edward
T. Hall membedakan konsep waktu
menjadi dua: waktu monokronik (M) dan waktu poikronik (P). penganut waktu
polikronik memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi.
Mereka cenderung mementingkan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam waktu
ketimbang waktu itu sendiri. Sebaliknya penganut waktu monokronik cenderung
mempresepsi waktu sebagai berjalan lurus dari masa silam ke masa depan dan
memperlakukannya sebagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah, dihabiskan,
dibuang sehingga merekan menekankan penjadwalan dan kesegeraan waktu.
Diam
Ruang dan waktu adalah bagian dari
lingkungan kita yang juga dapat diberi makna. John Cage mengatakan tidak ada sesuatu
yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada sesuatu untuk dilihat,
sesuatu untuk didengar. Sebenarnya bagaimanapun kita berusaha untuk diam kita
tidak dapat melakukannya.
Penulis dan filosof Amerika Henry David Thoreau pernah menulis
“dalam hubungan manusia tragedi mulai bukan ketika ada kesalahpahaman mengenai
kata-kata. Namun, ketika diam tidak dipahami.”
Warna
Kita sering menggunakan warna untuk
menunjukan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin
keyakinan agama kita.
Artefak
Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Aspek ini
merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan yang telah kita
bahas sebelumnya.
Tanpa memperhatikan sungguh-sungguh
bagaimana budaya mempengaruhi komuiasi, termasuk komunikasi nonverbal tersebut,
kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain. Kita cenderung menganggap
budaya kita dan bahasa nonverbal kita sebagai standart dalam menilai bahasa
nonverbal orang lain dari budaya lain. Bila perilaku nonverbal oranglain
berbeda dengan perilaku nonverbal kita, sebenarnya itu tidak berarti orang itu
salah, bodoh atau sinting. Alih-alih secara kultural orang itu sedikit berbeda
dengan kita.
0 komentar:
Posting Komentar